Resesi Ekonomi 2022 Melanda Negara G20, Indonesia Masih Aman?

Beberapa waktu belakangan, Anda mungkin sering mendengar kabar resesi yang melanda sejumlah negara, baik itu melalui siaran televisi, postingan media sosial hingga platform berita online. Sebetulnya, apa itu resesi dan mengapa akhir-akhir ini mengguncang banyak negara? Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel berikut!

an image

 

Apa itu Resesi Ekonomi: Penyebab dan Kaitannya dengan Pandemi Covid-19

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, resesi ekonomi telah mengguncang sejumlah negara. Bahkan, menurut data Bloomberg, raksasa Amerika Serikat pun ikut terancam resesi.


Pandemi Covid-19 merupakan salah satu pemicu resesi ekonomi di beberapa negara. Hal ini telah menyebabkan angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin di berbagai negara juga ikut meningkat.

 

Baca Juga:
Perusahaan Tidak Membayar Gaji Karyawan Boleh Dilaporkan ke Disnaker, Bagaimana Caranya?
Apa Itu PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
Cara Membuat Buku Besar Perusahaan Dagang, Lengkap dengan Contoh
Jenis-jenis Laporan Keuangan

Dilansir dari Kompas, selain faktor pandemi, terjadinya konflik antara Rusia dan Ukraina turut mengambil andil dalam perlambatan pertumbuhan ekonomi. Bahkan, World Bank juga menyatakan bahwa perang di Ukraina berdampak pada terganggunya pasokan komoditas, meningkatnya tekanan keuangan, dan terhambatnya pertumbuhan global.

 

Apa itu Resesi dan Bagaimana Bisa Terjadi?

Resesi ekonomi adalah sebuah keadaan di mana suatu negara mengalami penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

 

Baca Juga:
Hi sahabat Konsultanku, KonsultanKu
Pentingkah Laporan Keuangan untuk UKM?
Tips Siapkan Dana Darurat
Liburan Asik dengan Budget Terjangkau

Tolok ukur suatu negara dapat dikatakan mengalami resesi adalah jika pertumbuhan ekonomi negara tersebut berada di posisi negatif selama dua kuartal berturut-turut.

 

5 Penyebab Terjadinya Resesi Ekonomi

Negara bisa dikatakan sebagai sebuah “organisasi raksasa” dengan tingkat permasalahan yang kompleks. Saking kompleksnya, hampir semua permasalahan yang dihadapi negara dapat berujung pada kebangkrutan dan resesi, mulai dari faktor sosial, politik, kesehatan hingga ekonomi.

 

Berikut 5 hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya resesi ekonomi di suatu negara.

 

1. Guncangan Ekonomi

Guncangan ekonomi mendadak— seperti yang disebabkan oleh pandemi Covid-19— merupakan salah satu penyebab resesi. Hal ini disebabkan guncangan ekonomi berdampak pada lemahnya daya beli akibat kesulitan finansial.

 

2. Inflasi

Penyebab resesi ekonomi selanjutnya adalah inflasi. Masih berkaitan dengan Covid-19, daya beli yang melemah berujung pada harga komoditas yang melesat sehingga memicu inflasi. Di lain sisi, produksi barang dan jasa bakal makin menurun.

 

3. Tingginya Suku Bunga

Inflasi yang melambung membuat bank sentral mengambil kebijakan untuk menaikkan suku bunga.

 

Suka bunga yang tinggi memang berfungsi melindungi nilai mata uang, tetapi akan membebani debitur dan menyebabkan kredit macet. Jika kenaikan suku bunga terjadi secara besar-besaran, perbankan bisa kolaps.

 

4. Deflasi

Jangan salah. Selain inflasi, deflasi juga bisa “menjemput” resesi ekonomi. Kebalikan dari inflasi, deflasi ditandai dengan turunnya harga barang atau jasa.

 

Sekilas, deflasi terlihat bisa meningkatkan daya beli masyarakat. Namun, jika terjadi secara berlebihan, ujung-ujungnya akan merugikan penyedia barang dan jasa.

 

Penurunan harga terus-menerus bisa membuat konsumen menunda pembelian dan menunggu hingga nominal terendah. Jika ini terjadi, daya beli justru melemah dan aktivitas produksi berkurang. Ketika individu dan unit bisnis berhenti mengeluarkan uang, ekonomi pun bisa rusak.


 

5.Gelembung Aset Pecah

Gelembung aset juga menjadi salah satu penyebab resesi ekonomi. Fenomena gelembung aset biasanya terjadi di pasar saham dan properti. Investor mengambil keputusan gegabah yang akhirnya merusak pasar.

 

“Keputusan gegabah” misalnya membeli banyak saham atau menumpuk properti dengan spekulasi bahwa harganya akan terus naik di masa depan.

 

Namun, investor tak memperhitungkan kemungkinan terjadinya fenomena panic selling, yaitu keadaan di mana instrumen penyimpan kekayaan ramai dijual ketika kondisi ekonomi sedang berantakan atau disebut. Jika ini terjadi, resesi ekonomi bakal makin dekat.

 

3 Dampak Terjadinya Resesi Ekonomi

Dilansir dari situs Sikapi Uangmu garapan OJK, setidaknya terdapat tiga dampak signifikan jika terjadi resesi.

 

Yang pertama, perlambatan ekonomi akan membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya sehingga fenomena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan sering terjadi, bahkan beberapa perusahaan mungkin menutup dan tidak lagi beroperasi.

 

Kedua, kinerja instrumen investasi akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya pada bentuk atau tempat investasi yang lebih aman.

 

Terakhir, kondisi perekonomian yang semakin sulit tentu berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat karena mereka akan lebih selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan terlebih dahulu.

 

5 Negara G20 yang Terancam Resesi

G20 adalah sebuah forum ekonomi internasional yang beranggotakan 19 negara penggerak utama ekonomi dunia dan 1 lembaga Uni Eropa.

 

Adapun negara-negara yang menjadi anggota G20 antara lain Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Perancis, China, Turki, dan Uni Eropa.

 

Negara G20 merepresentasikan 85% PDB dunia, 80% investasi global, 75% perdagangan internasional, dan 60% populasi dunia.

 

Meskipun demikian, menurut Bloomberg ada sejumlah negara anggota G20 yang terancam dilanda resesi ekonomi. 5 negara G20 yang paling terancam resesi adalah Turki dengan potensi sebesar 78.62%, Argentina di angka 64%, Rusia yang memperoleh skor ancaman resesi 15.9%, negara Brazil sebesar 11.89%, dan Amerika Serikat yang terancam resesi 9.1%.

 

Indonesia Masih Aman dari Resesi?

Menilik dari negara “raksasa” seperti Rusia dan Amerika yang terancam resesi, menimbulkan satu pertanyaan: apakah posisi Indonesia masih aman dari ancaman resesi ekonomi?

 

Tenang saja. Masih aman, kok!

 

Pasalnya, IMF menyiratkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang akan aman dari jurang resesi pada tahun 2022. Mengapa bisa demikian?

 

Pertama-tama, kondisi fundamental Indonesia dinilai masih baik dengan pertumbuhan ekonomi yang solid pada kuartal I 2022. Di samping itu, angka inflasi negara kita tergolong lebih rendah dibanding negara-negara lain. Tambah lagi, rasio utang terhadap PDB juga dinilai cenderung lebih rendah daripada negara-negara lain.

 

Atas alasan-alasan itulah, potensi resesi Indonesia saat ini masih bertahan di angka 3%. Jauh lebih sedikit dibanding ancaman resesi yang dialami Amerika Serikat.

 

Kesimpulan: Persiapkan Diri dari Kemungkinan Terjadinya Resesi

Ditilik dari pembahasan di atas, terlihat jelas bahwa dampak terjadinya resesi memang sebegitu mengerikan. Sebagai warga negara, salah satu usaha preventif yang dapat Anda lakukan adalah mempersiapkan kemungkinan terjadinya resesi sedini mungkin.

 

Yang pertama, pastikan Anda sudah mengalokasikan dana darurat pada instrumen likuid. Dana darurat paling minimal bisa menghidupi Anda sekeluarga selama 6 bulan penuh, lebih bagus lagi jika dapat memenuhi kebutuhan hidup selama satu atau dua tahun ke depan.

 

Yang kedua, kurangi dan lunasi beban utang. Jangan pernah menganggap enteng utang meskipun hanya dari kartu kredit. Ketika terjadi resesi, percayalah akan banyak pihak yang gencar menagih utang.

 

Ketiga, cermati kembali portofolio investasi Anda. Jika kondisi pasar global sudah mulai menurun, maka segeralah atur ulang portofolio investasi ke dalam bentuk yang lebih aman, misalnya emas.

 

Yang terakhir, tetap bersikap optimis. Ingat, resesi adalah bagian dari siklus bisnis atau ekonomi. Seberapapun sulitnya, percayalah bahwa fase sulit ini akan segera dilewati.

 

 

< All Blog

Butuh bantuan?

Berbagai Jasa Profesional Pajak, Akuntansi, Audit, dan Keuangan dari Ahli yang Berpengalaman di Konsultanku.

Lihat Solusi